Sabtu, 31 Januari 2015

PEMBELAJARAN TERPADU PADA PENDIDIKAN USIA DINI BAGI ANAK MISKIN


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hak setiap anak dalam rangka mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisinya, hal tersebut ditegaskan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang perlindungan anak. Demikian pula pendidikan bagi anak usia dini, dimana semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan kesempatan melalui pemberian stimulasi pendidikan yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan, sehingga anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya.
Keberhasilan suatu program Pendidikan Anak usia Dini sangat dipengaruhi oleh jumlah sasaran yang berperan serta. Pada tahun 2005, sasaran garapan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) usia 0 sampai 6 tahun sekitar 28 juta yaitu usia dibawah 4 tahun berjumlah 16,4 juta dan usia 4 sampai 6 tahun berjumlah 11,6 juta jiwa. Sementara itu yang sudah terlayani Paud baru sekitar 28% dan anak yang terlayani melalui TK dan RA sekitar 33,2%.1 Jumlah tersebut sudah tidak signifikan pada tahun 2006, terutama pada kelompok anak usia 4 sampai 6 tahun, angka diatas memberikan gambaran bahwa masih banyaknya anak usia dini yang belum terlayani dengan program PAUD.
Program PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan informal.2 Sasaran PAUD jalur nonformal adalah anak-anak usia dini yang karena sesuatu hal terpaksa tidak dapat atau tidak mampu mengikuti PAUD pada jalur pendidikan formal. Dan dengan sasaaran tersebut maka, kebijakan yang ditempuh adalah mengembangkan PAUD yang murah dan mudah namun mengedepankan prinsip PAUD yang benar sesuai dengan tingkat pertumbuhan, perkembangan psikologis dan kebutuhan spesifik anak.
Dewasa ini pendidikan formal di jenjang PAUD banyak memberikan andil yang baik bagi persiapan anak ke jenjang pendidikan dasar. Namun ketersedian PAUD bagi anak miskin sangat terbatas keberadaannya, selain sulitnya pengelolaan dana yang dibutuhkan untuk mefasilitasi kegiatan juga faktor ketidakmenentunya peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar. Keadaan ini memberikan dampak yang besar terhadap masyarakat, sehingga partisipasi mereka terhadap pengembangan suatu sekolah alternatif bagi anak miskin di perkotaan terbatas. Padahal keberadaan sekolah tersebut sangat dibutuhkan bagi mereka selain berfungsi sebagai tempat mendapatkan pelajaran juga diharapkan dapat memberikan kemudahan pada masalah biaya pendidikan.
Program PAUD jalur nonformal yang dikembangkan oleh sebuah sanggar bermain Sallam Club adalah program PAUD bagi anak-anak miskin yang tidak memiliki kemampuan biaya. Pendidikan yang ditawarkan Sanggar bermain tersebut dapat dijadikan suatu pendidikan alternatif bagi anak-anak miskin untuk mempersiapkan diri ke jenjang pendidikan dasar. Umumnya anak yang belajar di Sanggar Bermain ini berasal dari kalangan keluarga kurang mampu/miskin, seperti anak dari keluarga pedagang kaki lima, buruh cuci dan anak yang dipekerjakan oleh orang tuanya sebagai asongan dan pengamen yang biasanya mereka beraktivitas di sudut-sudut perempatan lampu merah. Selain itu dalam perkembangan setiap tahunnya, sanggar ini mengalami peningkatan dalam jumlah siswa yang bersekolah. Dengan demikian mengindikasikan bahwa, keluarga miskin di perkotaan Jakarta, khususnya di wilayah Jakarta Timur setiap tahunnya juga mengalami peningkatan.
Pada awalnya Sanggar Bermain ini bertujuan sebagai tempat bagi para orang tua yang kebetulan berdagang di pasar yang letaknya dekat dengan sekolah tersebut untuk menitipkan anaknya pada saat mereka berdagang. Melalui sistem biaya perdatang dan terjangkau memberikan solusi bagi orang tua untuk dapat menitipkan anaknya mendapatkan berbagai materi pelajaran setingkat taman kanak-kanak.
Dengan biaya pendidikan perdatang, jumlah peserta didik setiap hari tidak menentu. Hal itu tergantung pada saat peserta didik mempunyai uang untuk sekolah. Kedatangan peserta didik yang tidak pasti, tentu akan menimbulkan kesulitan-kesulitan diantaranya adalah :
o   Guru sulit membuat suatu pembelajaran terpadu efisien yang bisa memfasilitasi anak yang kedatangannya tidak tentu
o   Guru sulit mengamati dan mencatat perkembangan pada siswa yang kehadirannya kurang dari 50 % setiap bulannya
o   Guru sulit menggambarkan grafik kemajuan belajar siswa secara umum.
o    Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan laporan hasil kemajuan belajar siswa pada orang tua, karena kebanyakan dari mereka banyak yang tidak mengerti bahkan ada yang buta huruf.
Berdasarkan latar belakang dan hasil pengamatan awal telah memberikan suatu pemikiran dan dorongan bagi penulis untuk merancang pembelajaran terpadu yang efisien bagi anak miskin dengan penerapan biaya perdatang. Harapan penulis kiranya rancangan yang dikembangkan ini bermanfaat dan dibutuhkan bagi anak dengan latar belakang sosial dan ekonomi yang sangat terbatas dalam mendapatkan pendidikan yang lebih baik.


PEMBAHASAN
1. Hakikat Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu pada anak usia dini didasarkan pada keyakinan bahwa anak akan tumbuh dengan baik jika dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Istilah terpadu pada pembelajaran terpadu atau integrated adalah”………repositioning of earning experiences into meaningful contexs” . Maksudnya bahwa pembelajaran terpadu menekankan pengalaman belajar dalam konteks yang bermakna. Pembelajaran dalam hal ini bertolak dari tema-tema. Selain itu pembelajaran terpadu didefinisikan juga sebagai : “Suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada anak”. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami anak melalui kesempatannya mempelajari apa yang berhubungan dengan tema atau peristiwa otentik (alami). Dalam pembelajaran semacam itu, anak diharapkan selalu mendapatkan kesempatan untuk terlibat secara aktif sesuai dengan aspirasi dan minatnya, dimana dalam pembelajaran terpadu sangat menghargai keragaman.
Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan bertitik tolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan guru bersama anak, dengan cara mempelajari dan menjelajahi konsep-konsep dari tema tersebut. Disamping itu pembelajaran terpadu didasari pada pendekatan inkuiri yang melibatkan anak dalam perencanaan, eksplorasi, dan tukar menukar ide, serta anak didorong untuk bekerjasama dalam kelompok dan didorong untuk merefleksikan kegiatan belajarnya sehingga mereka dapat memperbaiki secara mandiri. Sementara itu menurut Joni R pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan dua konsep atau lebih yang relevan dari suatu rumpun mata pelajaran (intra) atau beberapa konsep yang relevan dari sejumlah mata pelajaran (antar).6 Dalam hal ini pengkaitan beberapa konsep itu haruslah yang relevan dan tidak dapat dipaksakan atau sekedar dikaitkan. Artinya pengkaitan itu harus mempertimbangkan berbagai hal seperti kebutuhan siswa, menarik minat siswa, disesuaikan dengan kurikulum dan berfungsi untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengetahuan baru dan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang baru diperolehnya itu dalam berbagai situasi baru yang semakin kaya ragamnya sesuai dengan prinsip belajar yang bermakna.
Selanjutnya Conny R Semiawan membatasi pembelajaran terpadu sebagai “cara belajar yang wajar bagi anak “. Menurutnya proses integratif beranjak dari topik tertentu tetapi lebih bersifat longgar dalam mengaitkan topik sebagai “center of interest” (pusat perhatian) dengan unsur-unsur lain dari berbagai mata pelajaran guna membentuk keseluruhan yang lebih bermakna. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dengan menghubungkan konsep lain yang sudah mereka pahami. Keuntungannya dipandang dari perspektif anak maka bidang studi yang terpisah sangat sesuai. Ia membaca, menghitung, mencatat sesuatu dengan minat yang tidak langsung beranjak dari bidang studi tertentu.
Gillian, Collins dan Dixon mengatakatan bahwa pembelajaran terpadu akan terlaksana apabila terjadi peristiwa atau eksplorasi topik menjadi penggerak kurikulum. Menurutnya berpartisipasi dalam peristiwa otentik atau topik anak belajar sekaligus mendapatkan isi yang lebih luas dari kurikulum yang telah disusun.
Menurut Oemar Hamalik bahwa, pembelajaran terpadu adalah sistem pengajaran yang bersifat menyeluruh, yang memadukan berbagai disiplin pembelajaran yang berpusat pada suatu masalah atau topik atau proyek, baik teoritis maupun praktis, dan memadukan kelembagaan sekolah dan luar sekolah yang mengembangkan program yang terpadu berdasarkan kebutuhan siswa, kebutuhan masyarakat dam memadukan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengembangan kepribadian siswa yang terintegrasi. Dalam pengertian diatas merupakan reaksi terhadap pembelajaran yang terpisah-pisah dimana antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya tidak dihubungkan tetapi bersifat terkotak-kotak. Disisi lain sistem ini pada hakikatnya merupakan pengembangan yang lebih luas dari pengejaran sistem bidang studi. Dengan demikian pembelajaran harus sesuai dengan minat dan kebutuhan anak yang betitik tolak dari suatu masalah atau proyek yang dipelajari oleh siswa baik secara individual maupun kelompok dengan metode yang bervariasi dan dengan bimbingan guru guna mengembangkan pribadi siswa sacara utuh dan terintegrasi.
Dari uraian pendapat diatas, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Pembelajaran beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi yang lainnya.
2.    Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata sekeliling dan dalam rentang kemampuan anak.
3.    Suatu cara untuk mngembangkan pengetahuan dan ketrampilan anak secara simultan.
4.    Merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Dengan demikian, suatu pendekatan pengajaran dengan menggunakan pembelajaran terpadu dapat membuka cakrawala guru-guru yang inovatif, produktif, dan demokratis serta dapat mengatasi kepasifan siswa yang kurang bergairah dalam kegiatan belajar mengajar disekolah.
Ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran terpadu sebagai berikut:
a. Holistik (utuh)
b. Bermakna
c. Otentik (alami)
d. Aktivitas
e. Dampak Pembelajaran
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang holistik menghendaki seluruh aspek perkembangan siswa (fisik dan mental) dikembangkan dalam pembelajaran secara utuh tidak terkotak-kotak.
Dengan pembelajaran terpadu siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran inkuiri, bekerja, berpikir, merefleksi, bertanya, dan merasakan. Hal ini sejalan dengan prinsip “hand on activity” yaitu kegiatan pembelajaran sebagai bagian yang menyatu dengan berbuat dan bermain, terutama bagi anak usia dini (learning by doing and learning by playing). Aktifitas belajar yang semacam ini dapat menghindarkan antusiasme siswa yang tinggi.
Pembelajaran terpadu dapat memberikan dampak langsung (intrucsional effects) melalui pencapaian tujuan pembelajaran khusus dan dampak tidak langsung atau dampak pengiring (nurturan effects) sebagai akibat dari keterlibatan siswa dalam berbagai ragam kegiatan belajar yang khas dirancang oleh guru.
Dengan demikian dari uraian ciri-ciri pembelajaran terpadu diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.    Berpusat pada anak (child centered)
2.    Memberikan pengalaman langsung kepada anak
3.    Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
4.    Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
5.    Bersifat luwes
6.    Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan anak.
Model pembelajaran terpadu berdasarkan lintas beberapa disiplin ilmu yang sering digunakan untuk Pendidikan Anak Usia dini adalah model Webbed. Model ini memadukan materi pembelajaran dari beberapa bidang studi dalam satu tema yang memiliki jaringan yang saling berhubungan dalam bentuk jaringan laba-laba.

2. Pendidikan Alternatif bagi Anak Miskin
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.
Indikator utama kemiskinan adalah; (1) terbatasnya kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah; (6) terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terbatasnya akses terhadap air bersih; (8) lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah; (9) memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya partisipasi; (12) besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga; (13) tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap masyarakat.
Menurut SMERU, kemiskinan memiliki berbagai dimensi, diantaranya ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak telantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil.
Pengertian anak miskin adalah anak dari orang tua yang sebagian besar pendapatannya hanya dimanfaatkan untuk makan, meskipun kadang ada juga untuk biaya berpengahasilan rendah dan umumnya bekerja di sektor informal sehingga seluruh sekolah anak. Menurut Aisyah dalam penelitiannya, sebagian besar orang tua dari anak miskin bekerja sebagai buruh seperti, bekerja sebagai cleaning service, tukang cuci dan setrika pakaian atau kuli bangunan.
Dalam laporan Unesco tahun 2005 menyebutkan bahwa pendanaan pemerintah Indonesia yang meningkat harus diprioritaskan dan sangat penting untuk disalurkan untuk anak-anak miskin dengan akses minimum kepelayanan pendidikan anak usia dini, dimana jenjang pemerataan paling besar yang sekarang ditemui. Pendidikan anak usia dini dibuat umum merupakan bagian dari dorongan hati yang sering dilakukan oleh masyarakat luas. Pendidikan Anak Usia Dini yang bebas bayar untuk semua tentunya mempunyai kekurangan potensi.
Berdasarkan pandangan tersebut sekiranya pendidikan yang dibutuhkan untuk anak miskin adalah pendidikan dengan pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian.

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Ada beberapa hal dalam kesimpulan ini yang perlu ditekankan diantaranya:
1.    Proses belajar mengajar dengan pembelajaran terpadu sangat sesuai dengan karakteristik belajar usia anak prasekolah, terutama bagi anak dan orang tua dengan latar belakang sosial dan ekonomi yang terbatas. Jelasnya dalam pembelajaran terpadu azas-azas perkembangan anak dimanfaatkan secara optimal seperti kemampuan bergaul dengan pengalaman mulai dari yang bersifat konkret lalu meningkat kepada yang lebih abstrak di satu pihak, serta penghayatan pengalaman secara holistik di pihak lain. Unsur-unsur keterlibatan orang tua dalam pendidikan anaknya dapat dihargai dan didengar keinginannya.
2.    Proses belajar mengajar pembelajaran terpadu dengan penerapan biaya pendidikan per datang dapat memberikan sumbangan yang cukup berharga kepada dunia pendidikan dalam rangka membina manusia yang utuh, yang juga identik dengan pengembangan integritas pribadi yang mandiri dan kemampuan swadana bagi orang tua siswa dalam mengoptimalkan potensi yang ada. Diupayakan model seperti ini mengurangi ketergantungan orang tua yang tidak mampu pada biaya pendidikan bagi anaknya terhadap subsidi pemerintah.
3.    Pembelajaran terpadu dapat memberikan situasi belajar yang membuat anak bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, baik mandiri maupun dengan panduan guru dan orang tua. Penerapannyapun dapat dikembangkan dengan situasi yang berbeda dan keterbatasan fasilitas belajar.
4.    Pembelajaran terpadu juga menawarkan kesempatan kepada anak untuk bekerja sama dengan pihak lain pada tantangan yang berbeda. Untuk itu guru sebagai pendidik yang profesional perlu kiranya untuk mereformasi diri dalam rangka mengahadapi persaingan yang semakin ketat dan mempersiapkan anak didik untuk mengahadapi tantangan. Bukan tantangan dilingkungan sendiri tetapi tentunya mengahadapi tantangan yang lebih besar di era globalisasi.

B. Saran
Kebutuhan untuk menerapkan konsep pembelajaran terpadu pada pendidikan usia dini bagi anak miskin menjadi keharusan diberdayakan di kota-kota besar seperti Jakarta. Teori boleh berkembang tetapi prakteknya dapat menjadi lain. Banyak usaha penyangkalan, penolakan, maupun kekagetan akan dijumpai baik dari peserta didik, pendidik, serta pihak lain yang terkait sebelum konsep pembelajaran ini dapat diterima dan dirasakan hasilnya. Untuk itu diperlukan komitmen dari banyak pihak untuk melakukan perubahan dalam banyak hal yang menyangklut kebijakan kurikulum, pengembangan sumberdaya manusia, penyediaaan insfrastruktur (sarana prasarana) serta pendanaan dan tentunya sosialisasi akan pentingnya pendidikan di usia dini. Sehingga dapat ditemukan bentuk yang paling tepat untuk menampilkan konsep pembelajaran yang bermakna. Penulis merasakan jika di depan mata kita masih banyak anak didik di Jakarta terlantar karena kurangnya pemenuhan kebutuhan akan pendidikan untuk program usia dini. Berbuat sekecil mungkin untuk masa depan si kecil, sepantasnya diberdayakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Camat Bae

-

KECAMATAN BAE ( BAE : BIJAKSANA ARIF & ELING )

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

2014 © Planer - Responsive Blogger Magazine Theme
Planer theme by Way2themes